Pendahuluan
K
|
ekuatan misi seorang muslim amat bergantung kepada
kekuatan komitmennya terhadap Islam. Sebagai seorang muslim yang beriman kita
harus meyakini segenap ajaran-ajaran Islam. Bahwa Islam hendak mewujudkan kebaikan
di dunia dan akhirat. Suatu kondisi ideal yang seorang muslim wajib memahami
dan berupaya untuk mencapainya dengan komitmen yang besar. Oleh karena itu misi
besar yang diembankan kepada manusia muslim selama hidup adalah mewujudkan hasanah
(kebaikan) di dunia sebagai bekal untuk mendapatkan kebaikan di akhirat.
Muslim bukan hanya berurusan dengan hari akhirat melainkan juga dengan
kehidupan dunia. Dan karena itulah dibutuhkan komitmen sempurna dan ideal dari
seorang muslim kepada Islam. Seorang muslim harus menjadi bagian dari umat yang
layak menyandang predikat umat terbaik (khairu ummah) dan tidak ada yang
namanya khairu ummah jika tidak ada khairul-afrad (pribadi-pribadi
terbaik).
Penyuluh Agama Islam Sebagai Agen Perubahan Masyarakat Muslim
Mengawal visi perubahan yang ideal sebagaimana yang diarahkan Allah
dalam Alqur'an dibutuhkan agen perubahan yang andal. Di sinilah peran seorang
penyuluh agama Islam sebagai seorang pribadi muslim dan dai sangat dibutuhkan
untuk mewujudkan kondisi tersebut. Suatu kondisi yang juga menjadi misi para
nabi sepanjang zaman sebagaimana disebutkan dalam Alqur'an surat An-Nahl : 36:
Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada
tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah
Thaghut[826] itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi
petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti
kesesatan baginya[826]. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
Jadi
sebetulnya agenda para nabi hanya satu, yakni menggiring, mengarahkan dan
mengajak manusia agar mengabdi kepada Allah swt serta menolak mengabdi kepada
sesuatu apa pun selain Allah. Dan itu pulalah yang harus menjadi agenda besar
seorang dai sebagai agen perubahan. Itu dalam konteks hubungan manusia dengan
Allah: pengabdian total dan utuh kepada Allah. Islam mempunyai konsep
pengarahan – dalam bentuk ajakan dakwah – agar manusia berbuat baik dan
meninggalkan perbuatan buruk. Mengajak umat manusia (meliputi orang mukmin
maupun orang kafir atau musyrik) kepada jalan yang benar yang diridhai Allah
swt agar dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat.
Kebahagiaan di dunia maupun di akhirat merupakan titik kulminasi tujuan hidup
manusia, sedang dakwah pun pengarah ke sana ,
yang disertai dengan usaha mengajak umat manusia ke jalan (yang menjadikan
sarat) bahagia. Sebab hidup bahagia (di dunia dan di akhirat) tidaklah semudah
yang diucapkan dan diinginkan. Bukan saja cukup dengan berdoa tapi juga harus
disertai usaha yang diridhai Allah swt.
Dalam
konteks hubungan umat beriman dengan komunitas lain, kondisi ideal yang ingin
dicapai oleh para agen perubahan adalah seperti dijanjikan Allah swt dalam
ayat-Nya:
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang
beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-
sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan
bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar
akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman
sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu
apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka
mereka Itulah orang-orang yang fasik.(QS. An-Nur:55)
Apa yang Allah gambarkan
dalam ayat di atas menjadi visi dakwah kita. Jika kita jabarkan lebih jauh,
kondisi ideal yang akan dicapai oleh para agen perubahan adalah:
Pertama,
(Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa di bumi).
Kaum
muslimin bukan saja menjadi orang yang merdeka dari penjajahan bangsa manapun.
Tapi lebih dari itu mereka menjadi
pemimpin atas manusia dan pengendali peradaban umat manusia. Dan hal itu bukan
utopia karena memang telah terbukti dalam sejarah selama kurang lebih tujuh abad.
Fakta sejarah itu mengatakan kepada kita bahwa kaum muslimin, dengan berpegang
teguh kepada ajaran-ajaran Allah swt adalah pihak yang layak dan punya kekuatan
untuk membuat hidup manusia lebih hidup dan menjadikan manusia hidup lebih
manusiawi.
Kedua, (dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah di
ridhai-Nya untuk mereka)
Teguhnya
agama adalah manakala Islam menjadi rujukan dalam kehidupan manusia.
Ketiga, (dan Dia benar-benar akan menukar
(keadaan) mereka sesudah mereka dalam ketakutan menjaadi aman sentosa)
Sejarah
pula yang membuktikan bahwa rasa aman ini bukan hanya dirasakan oleh kaum muslimin tetapi juga semua orang yang bernaung
dalam kekuasaan Islam. Tidak ada yang menolak fakta sejarah, bahwa bukan saja
toleransi yang diberikan melainkan pemerintahan di zaman Khalifah Umar bin
Khattab terhadap kalangan minoritas baik Nashrani maupun Yahudi, bahkan memberi
mereka perlindungan.
Keempat, (Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu
apapun dengan Aku).
Pencapaian
seperti di atas pastilah memerlukan agen perubahan yang andal. Maka agen
perubahan sejatinya adalah jika dia menjadi agen hidayah Allah. Mustahil
seseorang dapat menjadi agen perubahan jika dia tidak menjadi agen hidayah
Allah swt. Rasulullah saw diutus oleh Allah dengan tugas utama menjadi agen
hidayah Allah swt. Seperti tercantum dalam ayat berikut:
" Dan
demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Alqur'an) dengan perintah Kami.
Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (Alqur'an) dan tidak pula
mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Alqur'an itu cahaya, yang
Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.
Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang
lurus" (QS. Asy-Syura (42):52).
Tentu saja yang dimaksud agen hidayah di sini adalah dalam batas
penyampaian (tabligh). Karena kewenangan memasukkan hidayah dalam hati
setiap orang adalah di tangan Allah swt semata. Dalam hal ini Rasulullah saw
tidak punya kekuasaan. Allah swt menegaskan,
Sesungguhnya kamu tidak
akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi
petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui
orang-orang yang mau menerima petunjuk. (Al-Qashas: 56)
Manusia membutuhkan bimbingan wahyu. Tanpa wahyu,
manusia tidak mampu menciptakan rumus kebenaran hakiki. Nabi Ibrahim pun
menyadari betapa tanpa hidayah dari Allah, dirinya akan tetap berada dalam
kesesatan. Seorang agen perubahan hendaknya berkaca pada Rasulullah saw.
Kehadirannya harus selalu membuat orang lain menjadi semakin dekat dengan
nilai-nilai ilahiyyah, semakin mencintainya, dan semakin kuat berkomitmen
kepadanya. Bukan sebaliknya, membuat orang-orang semakin jauh dari ajaran Islam
bahkan membencinya gara-gara perilaku yang mengatasnamakan Islam padahal
kenyataannya sama sekali jauh dari ruh Islam.Dan tidaklah mungkin seseorang
menebar hidayah Allah jika dirinya hampa dari hidayah Allah tersebut.
Keberhasilan Rasulullah saw menjadi penyampai hidayah Allah tidak lain karena
hidayah Allah merasuk ke dalam kalbu beliau saw.
Seorang
da'i harus meyakini betul kebenaran apa yang dipaparkannya. Di samping itu dia
harus mengenal apa dan mengapa kerja dakwah itu. Bahwa dakwah bukan sekedar
profesi yang bertujuan mengambil keuntungan sepihak, melainkan menyampaikan
pesan-pesan kebenaran Ilahiyah sehingga membutuhkan tidak saja keikhlasan tanpa
pamrih, namun juga keahlian yang dilandasi pengetahuan dan pengertian tentang
lingkungan dan masyarakat yang kepada mereka dakwah Islamiyah ditujukan.
Kemudian seorang da'i lebih banyak
dituntut menaruh perhatian mengisi diri dan membersihkannya sebelum melakukan
hal yang sama terhadap orang lain. Sebab mengajar dan mendidik diri sendiri
lebih baik dan lebih utama daripada mengajar dan mendidik orang lain. Dakwah
adalah tugas para rasul, jadi juru dakwah adalah penerus para rasul. Maka di
dalam berdakwah seorang da'i seharusnya meniru para rasul. Seluruh
contoh-contoh dakwah para rasul dalam Alqur'an dan As-sunnah sepenuhnya adalah
teori dakwah kita. Dan praktek-praktek para rasul dan pengikut-pengikutnya
itulah pula yang menjadi bimbingan praktik dakwah kita.
Islam
adalah agama dakwah, tanpa adanya dakwah maka eksistensi dari agama ini akan
terancam yang pada akhirnya akan mengancam eksistensi umat Islam. Karena itu,
dakwah Islamiyah merupakan kebutuhan yang sangat mendasar agar umat Islam dapat
berkembang secara kuantitatif dengan terkonversinya orang-orang non muslim
menjadi muslim dan secara kualitatif ketakwaan kaum muslimin menjadi meningkat.
Seorang da'i jangan ragu-ragu
menyampaikan hukum-hukum Allah ke tengah-tengah umat; kalau tidak niscaya kita
berkhianat. Allah pasti akan selalu memeliharanya dari usaha-usaha kotor dari
tangan-tangan manusia jahil dan Allah tidak akan memberi petunjuk jalan
segala-galanya kepada kaum kafir.
(Penulis adalah Penyuluh
Agama Islam Negeri Kankemenag Kab. Probolinggo).
0 komentar:
Posting Komentar