Syahdan,
pada zaman Nabi Musa di kalangan Bani Israil hiduplah seorang lelaki yang tua
renta. Kulitnya keriput termakan usia dan rambutnya sudah beruban. Pandangannya
sudah tak begitu jelas. Dia hidup sebatang kara, tak ada anak isteri yang
menemani. Untuk menopang kebutuhan hidupnya sehari-hari orang tua ini mencari
kayu bakar di hutan yang agak jauh dari tempat tinggalnya. Dengan berbekal dua
kerat roti, garam dan air, dia berangkat
pagi-pagi sekali dan baru pulang sore ketika matahari hampir terbenam dengan
memanggul seikat kayu bakar di pundaknya. Maklumlah, badannya sudah renta. Tak
sanggup ia membawa lebih banyak dari itu.
Kaum
Bani Israil sangat mengenal orang tua ini karena perilaku dan sifatnya yang
suka menebar fitnah, berita bohong dan selalu menghalang-halangi orang untuk
mengikuti dakwah Nabi Musa. Kemanapun Nabi Musa menyeru orang-orang, lelaki tua
ini selalu mengikuti, mencacinya dan mencegah orang-orang untuk patuh. Tak
heran Nabi Musa sangat membencinya dan merasa tugas kenabiannya terhambat.
Hingga suatu malam, Musa berdoa mengadukan perihal lelaki tua ini pada Allah.
“Ya Allah sungguh Engkau Maha Tahu tentang perihalku ini dan juga perihal
lelaki tua yang sangat aku benci itu. Dengan segala kelemahanku, aku mohon
kepada-Mu, matikanlah lelaki tua itu agar aku dapat menjalankan tugasku sebagai
nabi-Mu. Dengan kuasa-Mu, kabulkanlah permohonanku ini ya Tuhan yang Maha
Menghidupkan dan Mematikan segala sesuatu”.
Tak
berapa lama, datang Jibril memberitahukan bahwa doa sang Nabi ini dikabulkan.
“Wahai Musa, besok pagi-pagi lelaki tua itu akan lewat di depan rumahmu untuk
mengambil kayu bakar. Aku ditugaskan untuk menaruh ular hitam yang sangat
berbisa di sela-sela ikatan kayu bakarnya. Ketika kayu bakar itu dipanggul,
maka ular itu akan mematuknya sampai mati”. Sungguh tiada terkira betapa senang
Nabi Musa. Benar saja, pagi-pagi sekali lelaki renta itu tertatih-tatih lewat
di depan rumah. “Wahai Musa, kenapa kau duduk-duduk di depan pintu sepagi ini?”
tanya lelaki tua itu heran. “Ah tidak ada, hanya ingin melihat kau lewat” jawab
Musa dengan berseri-seri. Lelaki tua itupun melanjutkan perjalannya dengan acuh
tak acuh.
Di
tengah jalan, lelaki tua itu berpapasan dengan seorang pengemis setua dirinya.
Wajahnya pucat, lesu dan tampak sangat lapar. Badannya yang kurus kering
tersembunyi di balik pakaiannya yang lusuh dan compang-camping. “Wahai tuan
yang baik hati, sudilah tuan memberikan saya sedekah atau makanan yang tuan
bawa. Sudah lebih tiga hari hamba tak makan. Hamba sangat lapar” pengemis itu
memohon dengan nada memelas. Terbitlah rasa iba di hati lelaki tua ini. “Baiklah,
kebetulan saya juga lapar. Ini ada dua kerat roti dan sedikit air, kurasa cukup
untuk kita berdua. Marilah kita makan bersama-sama. Semoga dapat menghilangkan
rasa laparmu”. Merekapun makan dengan lahap. Setelah makan, pengemis itu
mengucapkan terimakasihnya yang tak terhingga akan kebaikan lelaki tua itu.
“Semoga Allah selalu memberi keselamatan pada tuan sebagai balasan kebaikan
tuan pada saya” ucap pengemis itu sungguh-sungguh dan kemudian pergi.
Sesampainya
di hutan, lelaki tua itu segera bekerja mencari kayu bakar. Lepas tengah hari
dia sudah berhasil mengumpulkan beberapa puluh kayu bakar. Diikatnya kayu-kayu
itu agar dapat dipanggul di pundak. Saat itulah Jibril melaksanakan tugasnya
meletakkan seekor ular hitam yang sangat berbisa di tengah-tengah ikatan kayu
bakar dan memerintahkannya agar mematuk lelaki tua itu sampai mati saat
memanggul kayu bakar. Lelaki tua itupun cepat-cepat memanggul kayu bakarnya
dengan riang dan segera melangkah pulang.
Nabi
Musa, sebagaimana yang dijanjikan Jibril tetap duduk-duduk di depan pintu
rumahnya, berharap ingin segera mendengar kabar lelaki tua itu mati mengenaskan
dipatuk ulat berbisa. Tapi, alangkah terkejutnya dia melihat lelaki tua itu
masih segar bugar berjalan tertatih-tatih memanggul kayu bakar di
kejauhan.”Wahai Musa, mengapa kau sejak pagi masih tetap duduk-duduk saja di
depan pintu rumahmu?”. “Ah, tidak apa-apa” jawab Musa keheranan. Tak berapa
lama datanglah Jibril. “Hai Jibril, kenapa lelaki tua itu masih segar-bugar dan
tidak mati seperti yang telah kau janjikan padaku?” tanya Musa dengan nada
kesal. “Ketahuilah wahai Nabi Musa, sesungguhnya aku telah melaksanakan tugasku
sebagaimana yang telah kau minta. Aku telah menaruh ular hitam berbisa di
tengah-tengah ikatan kayu bakarnya dan menyuruh ular hitam itu memagutnya
sampai mati. Tetapi lelaki tua itu terhindar dari musibah yang akan menimpanya
karena satu kebaikan kecil yang telah dilakukannya di tengah perjalanan sebelum
mengambil kayu bakar” jawab Jibril. “Kebaikan apakah yang dilakukan lelaki tua
itu wahai Jibril hingga mampu menyelamatkan dirinya dari bencana yang akan
menimpa?” tanya Musa dengan penasaran. “Lelaki tua itu telah memberikan
sebagian bekalnya, sekerat roti dan beberapa teguk air kepada seorang pengemis
yang kelaparan dengan ikhlas. Sehingga pengemis itupun berdoa agar Allah
memberikan keselamatan kepadanya sebagai balasan atas kebaikannya. Doa pengemis
itu dikabulkan Allah maka lelaki tua itu selamat dan terhindar dari malapetaka”
jawab Jibril. Nabi Musa manggut-manggut keheranan. (Penyuluh Agama Islam Kan.Kemenag
Kab. Probolinggo)
0 komentar:
Posting Komentar