Pak Yazid Sedang Uji Coba

Kamis, 31 Mei 2012

HIKMAH SEDEKAH


Syahdan, pada zaman Nabi Musa di kalangan Bani Israil hiduplah seorang lelaki yang tua renta. Kulitnya keriput termakan usia dan rambutnya sudah beruban. Pandangannya sudah tak begitu jelas. Dia hidup sebatang kara, tak ada anak isteri yang menemani. Untuk menopang kebutuhan hidupnya sehari-hari orang tua ini mencari kayu bakar di hutan yang agak jauh dari tempat tinggalnya. Dengan berbekal dua kerat roti, garam dan air,  dia berangkat pagi-pagi sekali dan baru pulang sore ketika matahari hampir terbenam dengan memanggul seikat kayu bakar di pundaknya. Maklumlah, badannya sudah renta. Tak sanggup ia membawa lebih banyak dari itu.
Kaum Bani Israil sangat mengenal orang tua ini karena perilaku dan sifatnya yang suka menebar fitnah, berita bohong dan selalu menghalang-halangi orang untuk mengikuti dakwah Nabi Musa. Kemanapun Nabi Musa menyeru orang-orang, lelaki tua ini selalu mengikuti, mencacinya dan mencegah orang-orang untuk patuh. Tak heran Nabi Musa sangat membencinya dan merasa tugas kenabiannya terhambat. Hingga suatu malam, Musa berdoa mengadukan perihal lelaki tua ini pada Allah. “Ya Allah sungguh Engkau Maha Tahu tentang perihalku ini dan juga perihal lelaki tua yang sangat aku benci itu. Dengan segala kelemahanku, aku mohon kepada-Mu, matikanlah lelaki tua itu agar aku dapat menjalankan tugasku sebagai nabi-Mu. Dengan kuasa-Mu, kabulkanlah permohonanku ini ya Tuhan yang Maha Menghidupkan dan Mematikan segala sesuatu”.
Tak berapa lama, datang Jibril memberitahukan bahwa doa sang Nabi ini dikabulkan. “Wahai Musa, besok pagi-pagi lelaki tua itu akan lewat di depan rumahmu untuk mengambil kayu bakar. Aku ditugaskan untuk menaruh ular hitam yang sangat berbisa di sela-sela ikatan kayu bakarnya. Ketika kayu bakar itu dipanggul, maka ular itu akan mematuknya sampai mati”. Sungguh tiada terkira betapa senang Nabi Musa. Benar saja, pagi-pagi sekali lelaki renta itu tertatih-tatih lewat di depan rumah. “Wahai Musa, kenapa kau duduk-duduk di depan pintu sepagi ini?” tanya lelaki tua itu heran. “Ah tidak ada, hanya ingin melihat kau lewat” jawab Musa dengan berseri-seri. Lelaki tua itupun melanjutkan perjalannya dengan acuh tak acuh.
Di tengah jalan, lelaki tua itu berpapasan dengan seorang pengemis setua dirinya. Wajahnya pucat, lesu dan tampak sangat lapar. Badannya yang kurus kering tersembunyi di balik pakaiannya yang lusuh dan compang-camping. “Wahai tuan yang baik hati, sudilah tuan memberikan saya sedekah atau makanan yang tuan bawa. Sudah lebih tiga hari hamba tak makan. Hamba sangat lapar” pengemis itu memohon dengan nada memelas. Terbitlah rasa iba di hati lelaki tua ini. “Baiklah, kebetulan saya juga lapar. Ini ada dua kerat roti dan sedikit air, kurasa cukup untuk kita berdua. Marilah kita makan bersama-sama. Semoga dapat menghilangkan rasa laparmu”. Merekapun makan dengan lahap. Setelah makan, pengemis itu mengucapkan terimakasihnya yang tak terhingga akan kebaikan lelaki tua itu. “Semoga Allah selalu memberi keselamatan pada tuan sebagai balasan kebaikan tuan pada saya” ucap pengemis itu sungguh-sungguh dan kemudian pergi.
Sesampainya di hutan, lelaki tua itu segera bekerja mencari kayu bakar. Lepas tengah hari dia sudah berhasil mengumpulkan beberapa puluh kayu bakar. Diikatnya kayu-kayu itu agar dapat dipanggul di pundak. Saat itulah Jibril melaksanakan tugasnya meletakkan seekor ular hitam yang sangat berbisa di tengah-tengah ikatan kayu bakar dan memerintahkannya agar mematuk lelaki tua itu sampai mati saat memanggul kayu bakar. Lelaki tua itupun cepat-cepat memanggul kayu bakarnya dengan riang dan segera melangkah pulang.
Nabi Musa, sebagaimana yang dijanjikan Jibril tetap duduk-duduk di depan pintu rumahnya, berharap ingin segera mendengar kabar lelaki tua itu mati mengenaskan dipatuk ulat berbisa. Tapi, alangkah terkejutnya dia melihat lelaki tua itu masih segar bugar berjalan tertatih-tatih memanggul kayu bakar di kejauhan.”Wahai Musa, mengapa kau sejak pagi masih tetap duduk-duduk saja di depan pintu rumahmu?”. “Ah, tidak apa-apa” jawab Musa keheranan. Tak berapa lama datanglah Jibril. “Hai Jibril, kenapa lelaki tua itu masih segar-bugar dan tidak mati seperti yang telah kau janjikan padaku?” tanya Musa dengan nada kesal. “Ketahuilah wahai Nabi Musa, sesungguhnya aku telah melaksanakan tugasku sebagaimana yang telah kau minta. Aku telah menaruh ular hitam berbisa di tengah-tengah ikatan kayu bakarnya dan menyuruh ular hitam itu memagutnya sampai mati. Tetapi lelaki tua itu terhindar dari musibah yang akan menimpanya karena satu kebaikan kecil yang telah dilakukannya di tengah perjalanan sebelum mengambil kayu bakar” jawab Jibril. “Kebaikan apakah yang dilakukan lelaki tua itu wahai Jibril hingga mampu menyelamatkan dirinya dari bencana yang akan menimpa?” tanya Musa dengan penasaran. “Lelaki tua itu telah memberikan sebagian bekalnya, sekerat roti dan beberapa teguk air kepada seorang pengemis yang kelaparan dengan ikhlas. Sehingga pengemis itupun berdoa agar Allah memberikan keselamatan kepadanya sebagai balasan atas kebaikannya. Doa pengemis itu dikabulkan Allah maka lelaki tua itu selamat dan terhindar dari malapetaka” jawab Jibril. Nabi Musa manggut-manggut keheranan. (Penyuluh Agama Islam Kan.Kemenag Kab. Probolinggo)

0 komentar:

Posting Komentar